photo via @kabaraceh |
Dalam waktu 2x24 jam(kayak
wajib lapor satpam), pantai romantis atau yang dikenal dengan Romantic Bay kini
menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Selain karena tempatnya yang hits dan
digandrungi oleh para remaja, ternyata pantai romantis ini juga kabarnya akan
segera ditutup. Nahlo, udah dibuka kok ditutup? Kek kuali kuah lontong lagi
lebaran aja pake buka tutup buka tutup.
Gak usah serius kali lah, anjon sendiri aja gak tau harus pro
atau kontra perihal ditutupnya pantai romantis ini. Tapi coba ya, seandainya anjon
memposisikan diri di salah satu kubu, yang pro atau kontra, Mungkin kekgini
jadi ceritanya:
A: Anjon setuju pantai romantis ditutup! Pantai romantis
mengundang maksiat! (lari bawa-bawa setruman)
B: Alah qe kan karna jomblo jon gak ada pacar makanya gak setuju, gak kek kami bisa foto beduaa-duaan pegangan tangan.
B: Alah qe kan karna jomblo jon gak ada pacar makanya gak setuju, gak kek kami bisa foto beduaa-duaan pegangan tangan.
Okay, well
anjon bakal terima (sambil ngelus-ngelus dada). Lalu ilustrasi satunya lagi
kekgini:
A: Anjon gak setuju pantai romantis ditutup! Masa
tempat cantik dan terbuka kayak gitu dibilang mengundang maksiat. (ngetik di
socmed)
B: Oh qe jon.. qe kafir berarti, ada keturunan yahudi qe ya? Atau qe antek-antek Amerika? Mau menentang syariat Islam di tanah Aceh.
B: Oh qe jon.. qe kafir berarti, ada keturunan yahudi qe ya? Atau qe antek-antek Amerika? Mau menentang syariat Islam di tanah Aceh.
Mungkin begitulah akan terbentuk gambaran percakapannya kalau
terjun ke salah satu kubu, karna anjon pun udah makan asam garam lah terjun ke
perdebatan yang inti permasalahanya itu-itu juga. Yang ada dimaki-maki anjon
sama orang. Mending dimaki, ini di unfoll, diblock terus pas ketemu sok sok gak
mau cakapan, macem anak-anak kekgitu lah mentel kali.
Makanya anjon nulis ini, coba ngasih gambaran dikit aja
terkait pro dan kontra pantai romantis tersebut menurut sudut pandang dan
intelegensi anjon yang tak seberapa ini. Karna kalau ikut-ikutan komen, yakin
pasti muaklah liat ‘antoniogayo’ itu aja yang muncul. Palak-palak akun anjon
pula lagi yang dipaksa tutup sama warga.
Mulai serius kita ini yaa. Jadi kekgini, pertama mungkin
karna namanya ‘Pantai Romantis’ makanya terkesan seperti menjadi tempat untuk
mengundang maksiat. Kata romantis dibelakang kata pantai itu memang kurang ajar
kali. Tebayang-tebayang langsung kita yakan kekmana orang romantis di pilem-pilem,
langsung piktor otak ini yakan. Seandainya cowok sama cowok yang pergi kesitu,
romantis-romantisan juga lah orang itu, peluk-pelukan terus guling-guling di
pasir.
Pandangan anjon, akan lebih baik kalau namanya diubah atau
diperbaiki jangan romantic bay lagi. Ganti misalnya jadi Family Bay, Happy bay,
Good Bay, Atau Le Bay pasti gak serius kali kekgitu jadi kesannya. Karna dalam
ilmu marketing, nama itu sangat membentuk positioning di benak konsumen. Anjon
belajar di kampus dulu kekgitu.
Kedua, mungkin peraturannya perlu dikreatifin dan dipertegas.
Seperti ada yang bilang, pengunjung harus bawa surat nikah, buat batasan jam, yang
bukan mahramnya dilarang ambil posisi sebelah-sebelahan, koordinasi sama warga
gampong, atau lain-lainnya. Gak usah pake pondok tempat selonjoran gitu. Karena
mungkin rata-rata yang datang kesitu para remaja yang sama pacarnya mau
romantis-romantisan. Jadi kesannya terbentuk image negatif oleh beberapa orang
yang melihat sepasang bukan muhrim berdua-duaan selonjoran disitu. Mana celana
ketat-ketat lagi. Makjaaang
Memang kembali lagi ke pemikiran manusianya. Mau dibentuk
seperti apa kesan romantic bay tersebut. Kalau ada yang bilang jadi tempat
maksiat, menurut anjon pondok pondok biasa yang udah ada dipinggiran pantai itu
juga rawan berbuat maksiat. Bener gak? Apalagi kalau kita ke pantai di hari dan
jam kerja. Pondok-pondok pada sepi dan rawan mengundang cukeh cukeh.
Anjon paham perasaan kalian yang belum sempat kesana dan
kesal pantai romantis itu akan ditutup. Namun seperti itulah yang sering
terjadi di Aceh. Ketika ada tempat/hal baru yang menarik tapi berpotensi
maksiat (walau sedikit saja & tergantung orangnya), biasanya UUD (ujung-ujungnya
ditutup). Padahal alangkah baiknya bila bersama-sama, gotong-royong, bermusyawarah untuk
membenahi sistemnya agar terjadi asas saling menguntungkan, bukan
menggeneralisasikan satu kejadian ke semua orang.
Namun jika menilik faktanya, si pemilik usaha ‘romantic bay’
tersebut belum melakukan izin ke warga gampong sekitar, itu yang menjadi
kesalahan fatal dari si pemilik usaha yang katanya juga berasal dari luar Aceh.
Seharusnya si pemilik usaha mendahulukan izin ke warga sekitar. Apabila
diizinkan si pemilik usaha harus siap menaati segala aturan gampong dan
menanggung segala resiko yang telah dibuat. Apabila tidak diizinkan, ya harus
legowo. Karena warga gampong memiliki kuasa atas hasil mufakat dari musyawarah
yang biasanya mereka adakan di meunasah akan apapun hal yang menginjak tanah
kediaman mereka walau sejengkal.
Udah cukup itu aja sudut pandang anjon soal kericuhan di
media sosial terkait romance bay. Capek ah ngetik, mau makan lontong dulu. Selebihnya
tanggapin sendiri ya. Intinya gak usah serius kali. Karna anjon dimanapun
tempatnya, asal ada kamu pasti bakal terus romantis kok. Love you
👏
ReplyDelete👏
ReplyDeleteHaha lucu banget kamu, njon 😂
ReplyDeleteHey , terima kasih sudah baca :)
Delete