Begitulah kicauan dari salah satu teman komunitas anjon yg sudah akrab dipanggil 'paus'. Kicauan yang bukan tanpa dasar jika melihat dan mengingat beberapa aksi yang dimulai dari campaign di Social Media.
Bisa bayangkan bagaimana seseorang melakukan campaign (kampanye) di social media. Mereka tidak perlu membawa-bawa spanduk, bendera, dan ban yang untuk dibakar, berguling-guling di jalanan dengan seluruh badan berlumuran cat untuk satu aksi teatrikal. Tapi mereka yang berkampanye di Social Media hanya perlu menyatukan berbagai aspirasi dan pikiran menjadi satu tujuan.
Kami sudah akrab mengenalnya dengan aksi 'Social Media to Social Movement'. Satu aksi dimana semua berawal dari postingan dan kicauan 140 karakter twitter yang kemudian diikuti oleh user-user lainnya yang terbentuk dalam suatu jaringan 'aku follow kamu, kamu folbek aku'
Dulu kami dari lintas komunitas juga pernah melakukan itu, bagaimana lewat social media, menyatukan ide dan aksi di lapangan, berhasil mengumpulkan dana puluhan juta untuk bencana yang terjadi di Gayo waktu itu. Dan banyak aksi 'Social Media to Social Movement' lainnya.