Translate

Wednesday, September 23, 2015

Ada apa dengan Romance Bay?



photo via @kabaraceh
 Dalam waktu 2x24 jam(kayak wajib lapor satpam), pantai romantis atau yang dikenal dengan Romantic Bay kini menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Selain karena tempatnya yang hits dan digandrungi oleh para remaja, ternyata pantai romantis ini juga kabarnya akan segera ditutup. Nahlo, udah dibuka kok ditutup? Kek kuali kuah lontong lagi lebaran aja pake buka tutup buka tutup.


Gak usah serius kali lah, anjon sendiri aja gak tau harus pro atau kontra perihal ditutupnya pantai romantis ini. Tapi coba ya, seandainya anjon memposisikan diri di salah satu kubu, yang pro atau kontra, Mungkin kekgini jadi ceritanya:


A: Anjon setuju pantai romantis ditutup! Pantai romantis mengundang maksiat! (lari bawa-bawa setruman)
B: Alah qe kan karna jomblo jon gak ada pacar makanya gak setuju, gak kek kami bisa foto beduaa-duaan pegangan tangan.


Okay, well anjon bakal terima (sambil ngelus-ngelus dada). Lalu ilustrasi satunya lagi kekgini:


A: Anjon gak setuju pantai romantis ditutup! Masa tempat cantik dan terbuka kayak gitu dibilang mengundang maksiat. (ngetik di socmed)
B: Oh qe jon.. qe kafir berarti, ada keturunan yahudi qe ya? Atau qe antek-antek Amerika? Mau menentang syariat Islam di tanah Aceh.


Mungkin begitulah akan terbentuk gambaran percakapannya kalau terjun ke salah satu kubu, karna anjon pun udah makan asam garam lah terjun ke perdebatan yang inti permasalahanya itu-itu juga. Yang ada dimaki-maki anjon sama orang. Mending dimaki, ini di unfoll, diblock terus pas ketemu sok sok gak mau cakapan, macem anak-anak kekgitu lah mentel kali.


Makanya anjon nulis ini, coba ngasih gambaran dikit aja terkait pro dan kontra pantai romantis tersebut menurut sudut pandang dan intelegensi anjon yang tak seberapa ini. Karna kalau ikut-ikutan komen, yakin pasti muaklah liat ‘antoniogayo’ itu aja yang muncul. Palak-palak akun anjon pula lagi yang dipaksa tutup sama warga.


Mulai serius kita ini yaa. Jadi kekgini, pertama mungkin karna namanya ‘Pantai Romantis’ makanya terkesan seperti menjadi tempat untuk mengundang maksiat. Kata romantis dibelakang kata pantai itu memang kurang ajar kali. Tebayang-tebayang langsung kita yakan kekmana orang romantis di pilem-pilem, langsung piktor otak ini yakan. Seandainya cowok sama cowok yang pergi kesitu, romantis-romantisan juga lah orang itu, peluk-pelukan terus guling-guling di pasir.


Pandangan anjon, akan lebih baik kalau namanya diubah atau diperbaiki jangan romantic bay lagi. Ganti misalnya jadi Family Bay, Happy bay, Good Bay, Atau Le Bay pasti gak serius kali kekgitu jadi kesannya. Karna dalam ilmu marketing, nama itu sangat membentuk positioning di benak konsumen. Anjon belajar di kampus dulu kekgitu.


Kedua, mungkin peraturannya perlu dikreatifin dan dipertegas. Seperti ada yang bilang, pengunjung harus bawa surat nikah, buat batasan jam, yang bukan mahramnya dilarang ambil posisi sebelah-sebelahan, koordinasi sama warga gampong, atau lain-lainnya. Gak usah pake pondok tempat selonjoran gitu. Karena mungkin rata-rata yang datang kesitu para remaja yang sama pacarnya mau romantis-romantisan. Jadi kesannya terbentuk image negatif oleh beberapa orang yang melihat sepasang bukan muhrim berdua-duaan selonjoran disitu. Mana celana ketat-ketat lagi. Makjaaang


Memang kembali lagi ke pemikiran manusianya. Mau dibentuk seperti apa kesan romantic bay tersebut. Kalau ada yang bilang jadi tempat maksiat, menurut anjon pondok pondok biasa yang udah ada dipinggiran pantai itu juga rawan berbuat maksiat. Bener gak? Apalagi kalau kita ke pantai di hari dan jam kerja. Pondok-pondok pada sepi dan rawan mengundang cukeh cukeh.


Anjon paham perasaan kalian yang belum sempat kesana dan kesal pantai romantis itu akan ditutup. Namun seperti itulah yang sering terjadi di Aceh. Ketika ada tempat/hal baru yang menarik tapi berpotensi maksiat (walau sedikit saja & tergantung orangnya), biasanya UUD (ujung-ujungnya ditutup). Padahal alangkah baiknya bila bersama-sama, gotong-royong, bermusyawarah untuk membenahi sistemnya agar terjadi asas saling menguntungkan, bukan menggeneralisasikan satu kejadian ke semua orang.


Namun jika menilik faktanya, si pemilik usaha ‘romantic bay’ tersebut belum melakukan izin ke warga gampong sekitar, itu yang menjadi kesalahan fatal dari si pemilik usaha yang katanya juga berasal dari luar Aceh. Seharusnya si pemilik usaha mendahulukan izin ke warga sekitar. Apabila diizinkan si pemilik usaha harus siap menaati segala aturan gampong dan menanggung segala resiko yang telah dibuat. Apabila tidak diizinkan, ya harus legowo. Karena warga gampong memiliki kuasa atas hasil mufakat dari musyawarah yang biasanya mereka adakan di meunasah akan apapun hal yang menginjak tanah kediaman mereka walau sejengkal.


Udah cukup itu aja sudut pandang anjon soal kericuhan di media sosial terkait romance bay. Capek ah ngetik, mau makan lontong dulu. Selebihnya tanggapin sendiri ya. Intinya gak usah serius kali. Karna anjon dimanapun tempatnya, asal ada kamu pasti bakal terus romantis kok. Love you

4 comments: